COCO : Cherish Memories To Keep Us Alive






Quote:



Héctor: What are you doing?

Miguel: I'm walking like a skeleton.

Héctor: No, skeletons don't walk like that.

Miguel: That's how *you* walk.

Héctor: No, I don't.




Nice-to-know:


The Land of the Dead dalam film terinspirasi dari kota Guanajuato di Mexico
yang terkenal dengan perbukitan rumah yang berwarna-warni.




Cast:

Anthony Gonzalez sebagai Miguel (voice)

Gael García Bernal sebagai Héctor (voice)

Benjamin Bratt sebagai Ernesto de la Cruz (voice)

Alanna Ubach sebagai Mamá Imelda (voice)

Renee Victor sebagai Abuelita (voice) (as Renée Victor)

Jaime Camil sebagai Papá (voice)

Gabriel Iglesias
sebagai Clerk (voice)

Lombardo Boyar
sebagai Plaza Mariachi / Gustavo (voice)

Ana Ofelia Murguía
sebagai Mamá Coco (voice)





Director
:


Merupakan feature film kelima bagi Lee Unkrich yang kali ini bertandem dengan
debutan Adrian Molina
. 



W For Words
:

Kenangan adalan
peninggalan. Sebuah alat pengingat bagi orang hidup akan seseorang atau sesuatu
yang pernah hadir dalam masa lalu mereka, baik ataupun buruk itu. Pixar Studio
bersama Disney dengan jeli mengangkat tema tersebut lewat sebuah perayaan
tradisi yang kental dengan nilai-nilai keluarga, dari sudut pandang satu
individu naif yang punya mimpi besar. Tidak terlalu mengherankan jika anda setia
mengikuti karya-karya mereka dari tahun ke tahun, yang bekerja maksimal bagi
segala kalangan usia tentunya.




Meski ditentang habis-habisan oleh orangtuanya, seorang bocah laki-laki tetap bermimpi
untuk menjadi musisi ternama seperti sang idola Ernesto de la Cruz yang telah
lama meninggal. Saat berupaya mencuri gitar peninggalan, Miguel malah terseret
ke alam kematian hingga bertemu kakek nenek moyang sekaligus mendiang
keluarganya yang ternyata tidak mendukungnya juga. Dibantu Hector, ia
berpetualang demi mendapatkan ‘restu’ agar bisa kembali ke dunianya sendiri dan
meneruskan cita-citanya sebelum terlambat.




Kwartet Lee Unkrich, Jason Katz, Matthew Aldrich dan Adrian Molina secara cermat
menggunakan kultur Mexico, Día de los Muertos sebagai latar belakang cerita. Sebuah
tradisi yang rasanya punya sebutan sendiri-sendiri di belahan bumi manapun,
sebagai contoh “ceng beng” untuk orang Tionghoa. Beragam karakter yang muncul
silih berganti memiliki fungsinya masing-masing dalam bangunan plot. Hanya saja
porsi keluarga ‘nyata’ Miguel memang tidak diberi kedalaman sama dengan yang ‘kasat
mata’. Jangan lupakan selipan humor sarkastis yang tak jarang menghadirkan tawa
spontan. 




Sutradara Sanchez tak hanya memanjakan mata dengan penggambaran warna-warni dunia orang hidup dan mati yang begitu kontras, lengkap dengan
jembatan keemasan dari kelopak bunga, tapi juga berhasil mengetuk
hati anda dengan penuturan kisah keluarga
secara sederhana yang penuh suka duka. Film ini bisa dengan mudah jatuh ke ranah soap opera
klise yang mudah terlupakan
tetapi peletakkan twist yang elegan di penghujung menghapus stigma
tersebut. Berbagai tembang yang hadir di sepanjang film mungkin belum terlalu
ear-catchy memorable tapi jelas memiliki kekuatan lirik tersendiri.




Menonton Coco jelas merupakan sebuah investasi, yang kerap bisa diturunkan
kepada siapapun untuk menyerap nilai-nilai yang diusungnya. Sebuah coming of
age story
yang tak hanya mengajarkan kita untuk terus mengejar bintang di
langit tapi tak sampai meninggalkan akar itu sendiri. Pixar has found another
way to move us from happiness to tears through good and bad memories
, that everything can be changed if you believe enough. One more thing, juat because the past didn’t turn out like you wanted it to, doesn’t mean
your future can’t be better than you ever imagined. Miguel’s journey will prove
it to you!





Durasi:


126 menit





Movie-meter:



Lebih baru Lebih lama