Nice-to-know:
Di Amerika Serikat dan negara lainnya, film ini dirilis pada tanggal yang sama dengan Red 2, sekuel Red yang ditangani Robert Schwentke dengan bintang Mary-Louise Parker. Juga dua hari setelah Turbo yang disulihsuarakan oleh Ryan Reynolds.
Cast:
Jeff Bridges sebagai Roy
Ryan Reynolds sebagai Nick
Kevin Bacon sebagai Hayes
Mary-Louise Parker sebagai Proctor
Stephanie Szostak sebagai Julia
James Hong sebagai Nick's Avatar
Marisa Miller sebagai Roy's Avatar
Director:
Merupakan feature film
keempat bagi Robert Schwentke setelah RED (2010).
W For Words:
Buddy cop movies
mungkin sudah biasa dalam persepsi anda. Bagaimana jika mereka hantu? I bet most of you might think for hours to
recall similar themes you’ve seen before. Got it? No? Okay forgiven! Dead
Heat di tahun 1988 dimana sutradara Mark Goldblatt memasangkan Treat Williams
dan Joe Piscopo adalah satu dari sedikit judul di antaranya. Entah mengapa saya
sendiri justru langsung teringat akan franchise Ghostbusters yang sudah menjadi
teman setia sepulang sekolah dulu. Yes,
I’m 80’s generation. Proud and will always be.
Bertekad menyerahkan emas temuan saat menggerebek sarang kriminal, polisi jujur
Nick malah terbunuh dalam tugas. Rohnya sampai di hadapan Proctor yang
menawarkannya sebuah posisi di Departemen Rest In Peace dimana pemberantas
kejahatan yang telah meninggal bekerja menjaga perdamaian di muka bumi dari
ancaman monster. Nick yang tidak memiliki pilihan kemudian dipasangkan dengan
Roy, petugas senior nan eksentrik yang selalu punya cara sendiri. Kerjasama
unik pun terjalin dimana Nick malah mendapat kesempatan untuk mencari
pembunuhnya.

Adaptasi komik serial Dark Horse milik Peter M. Lenkov ini ditranskripsi oleh
Phil Hay dan Matt Manfredi ke dalam bentuk skenario. Benang
merah yang digunakan memang nyaris serupa dengan trilogy Men In Black
(1997-2012) dimana ketidakcocokan Nick dan Roy dieksploitasi sedemikian rupa di
awal cerita. Ide yang cukup orisinil adalah wujud asli dunia nyata Nick dan Roy
yang begitu kontradiktif meski terkadang physical
jokes yang repetitif ini tak jarang mengganggu. Sedangkan kelemahan yang
paling mendasar adalah tidak adanya perbedaan prosedural ‘above universe’ yang semestinya bisa digali lebih jauh lagi.
Aktor aktris yang
terlibat di sini sudah mengalami limitasi karakter sehingga terasa begitu satu
dimensi. Humor yang dilontarkan terbilang hit and miss, sebagian besar terlalu
karikatural. Bridges masih mengandalkan gaya lawasnya lengkap dengan suara
sengau dan sorot mata tajamnya. Reynolds berupaya semaksimal mungkin
menampilkan perjalanan emosi dari hidup hingga mati. Chemistry keduanya
tergolong asyik terlepas dari keterbatasan di sana-sini. Parker juga masih
mencuri perhatian dalam kerjasama keduanya berturut-turut dengan sang
sutradara.
Overall,
Sutradara Schwentke berupaya mengalihkan perhatian penonton dari faktor skrip yang kurang solid dengan memfokuskan diri pada dynamic duo Bridges-Reynolds dan sekuens aksi cepat dari satu titik ke titik lain. Sayangnya benang merah film tak dipungkiri memang membutuhkan polesan CGI yang mumpuni. Aspek lain lagi yang juga gagal ditampilkan karena teknologi yang digunakan kurang kekinian. Bahkan 3D nya tak membantu. Monsternya tak jauh beda dengan apa yang diburu oleh Ghostbusters sehingga gagal memukau penonton dewasa yang sudah kian terbiasa menikmati sajian mutakhir.
R.I.P.D. mungkin masih bisa dihargai dalam usahanya menghibur penonton lewat materi yang begitu terbatas, mostly helped by Nick-Roy’s mishmash combination and Schwentke’s practical approach. Selebihnya adalah presentasi setengah jadi yang menyisakan begitu banyak lubang menganga di sana-sini. Twist di penghujung film pun rasanya tidak mengejutkan lagi. Moviegoers might find it quite (at least) suitable for one hour and a half entertainment but in the end should agree that those undead probably better rest in peace rather than get wrong tryouts.
Durasi:
96 menit
U.S. Box
Office:
$33,284,630 till September 2013
Overall:
7 out of
10

