DIVERGENT : Defying All Odds For Self-Discovery


Quote:

Beatrice 'Tris' Prior: And what if they already know?

Tori: Then you're already dead.




Nice-to-know:


In The Fault in Our Stars (2014), Shailene
dan Ansel memerankan sepasang kekasih sedangkan kali ini sebagai kakak beradik.





Cast:

Shailene Woodley
sebagai Tris

Theo James
sebagai Four

Ashley Judd
sebagai Natalie

Jai Courtney
sebagai Eric

Ray Stevenson
sebagai Marcus

Zoë Kravitz
sebagai Christina

Miles Teller
sebagai Peter

Tony Goldwyn
sebagai Andrew

Ansel Elgort
sebagai Caleb

Maggie Q
sebagai Tori

Mekhi Phifer
sebagai Max

Kate Winslet
sebagai Jeanine 





Director
:

Merupakan feature film kelima bagi Neil Burger setelah Limitless
(2011).



W For Words:

Kesuksesan novel-novel remaja yang berintisari pencarian jati diri memang
memicu pergerakan para filmmaker Hollywood untuk mengadaptasinya ke layar lebar
dengan harapan hasil yang tak jauh berbeda, sebut saja The Hunger Games, Harry
Potter series ataupun Twilight saga yang sangat high profile tersebut. Trend itu lantas dilanjutkan oleh Neil
Burger yang mengangkat karya pertama Veronica Roth dari rangkaian trilogi sebagai
sci-fi action drama yang sejauh ini berhasil meraup 58 juta dollar di minggu pertama
peredaran Amerika Serikat saja. It’s a pretty
good start actually!




Chicago di masa depan paska peperangan membagi masyarakatnya ke dalam lima
faksi yaitu Candor (penjunjung kejujuran), Erudite (cendekiawan), Dauntless (pemberani), Amity (pecinta kedamaian) dan Abnegation (penolong tanpa pamrih). Tes yang dijalani Beatrice Prior di usia 16 mengelompokkan dirinya sebagai
Divergent alias golongan di luar kelima faksi yang berarti hukuman mati.
Keputusan nekad diambil ketika ia bergabung dengan Dauntless dan mengganti nama menjadi Tris hingga bertemu pemimpin kelompok, Four yang membantunya dengan tulus.




Duo penulis skrip, Evan Daughterty dan Vanessa Taylor berupaya semaksimal
mungkin untuk mengatur pacing di bagian pembuka ini. Bagaimana premis dibuka
lewat proses introduksi sosial politik masyarakat ‘masa depan’ sekaligus
penjelasan latar belakang beberapa tokoh inti yang memadai. Kemudian serangkaian
tes ekstrim yang diyakini mampu menyita perhatian pun dijalankan dimana
keberpihakan penonton langsung diarahkan kepada Tris yang ‘baru’ sebelum sepak
terjangnya di paruh terakhir yang terasa berpacu dengan waktu demi konklusi
besar yang diharapkan mampu menjembatani seri berikutnya. 




Upaya sutradara Burger dalam membangun dunia futuristik patut diacungi jempol
mengingat bujet yang tidak tergolong besar untuk sebuah proyek ambisius milik Summit
Entertainment ini. Terima kasih atas bantuan green screen dan CGI yang walaupun
sebetulnya tak terlalu istimewa tapi tetap menjaga standarisasi surreal yang
dibutuhkan. Sinematografi yang cukup apik dari Alwin H. Küchler membuatnya
layak disaksikan dalam format IMAX sekalipun. Berbagai action sequences nya
dilakukan sesuai kebutuhan cerita agar pacingnya terjaga mengingat durasi film yang
lumayan panjang tersebut.




Senang melihat Woodley akhirnya mendapat kesempatan bersinar setelah sebelumnya
mencuri perhatian dalam The Descendants (2011). Lihat bagaimana Beatrice
bertransformasi menjadi Tris dengan rentang emosi yang cukup panjang. Seorang
heroine yang tak hanya cantik tapi juga berani menerima tantangan. James juga
tak kalah memikat sebagai Four yang dingin misterius tapi cekatan luar biasa. Chemistry
keduanya memang tak jarang terasa dipaksakan demi membumbui cerita. Toh pada
akhirnya kita 'wajib' mengerti jika perjalanan dua protagonis saling jatuh hati tentunya akan lebih menarik untuk disimak.




Menarik menyaksikan Winslet berperan sebagai antagonis Jeanine terlepas dari
minimnya screen presence di sepanjang
film. Porsi yang sama juga berlaku pada sederetan nama beken senior lainnya
semisal Judd, Maggie Q, Stevenson, Goldwyn dan Phifer meski nama yang tersebut
di awal masih lumayan memorable.
Sedangkan bintang-bintang muda semacam Courtney, Kravitz, Elgort, Lloyd-Hughes,
Madsen dll boleh dibilang kian memperkaya karakterisasi hitam putih dalam seri
pembukanya kali ini.




Terlepas dari problem pacing yang bergerak lambat di paruh awal dan cepat di
paruh akhir, Divergent bukanlah film yang buruk. Penonton potensial yang
tertarik mengikutinya bisa jadi berkali-kali lipat dari jumlah pembaca bukunya
itu sendiri. Tak heran karena karakter utama yang simpatik dan juga dunia
rekaan yang atraktif niscaya menjadi daya pikat tersendiri. Saya yakin
petualangan akan terus berlanjut hingga Insurgent dan Allegiant yang diharapkan
secara kualitas akan membaik. Who’s in her
path for finding self-identity by defying all odds to create a better world?





Durasi:

139 menit





U.S. Box Office:

$58,000,000 till Mar 2014





Overall:

7.5 out of 10





Movie-meter:


أحدث أقدم