
Quote:
Mama: Kalo kita mau pindah ke tempat yang baru, kita juga harus siap untuk
meninggalkan yang lama.
Nice-to-know:
Pergantian sutradara dari Fajar Nugros di Cinta Brontosaurus dimaksudkan untuk
mengubah suasana dan tone film secara keseluruhan.
Cast:
Raditya Dika sebagai Dika
Kimberly Ryder sebagai Patricia
Eriska Rein sebagai Jessica
Bucek sebagai Papa Dika
Dewi Irawan sebagai Mama Dika
Mosidik sebagai Christian, editor buku
Insan Nur Akbar sebagai Sugiman, sopir
Director:
Merupakan debut penyutradaraan Herdanius Larobu yang juga menggarap efek visual sendiri.
W For Words:
Saat ditanya
wartawan mengapa 'rajin' sekali menggunakan binatang sebagai judul ceritanya,
Raditya Dika mengatakan bahwa binatang memiliki sifat yang khas sehingga dapat
dijadikan perumpamaan. Brontosaurus mewakili sesuatu yang usang, kadaluwarsa.
Sedangkan Salmon dipercaya selalu berpindah-pindah selama menempuh jarak 1.448
km untuk menemukan pasangannya. Film ini sendiri adalah kelanjutan dari
Indonesian summer hit lalu yang sampai hari ini masih tercatat sebagai film
terlaris tahun 2013. Fenomenal? Bisa jadi! Tapi tidak mengejutkan mengingat fanbase Dika begitu luas.
Ketika ibunya memutuskan pindah dari rumah semasa dia kecil, Dika yang juga
seorang penulis masih berjuang untuk pindah dari hati Jessica yang sudah
meninggalkannya. Saat berbicara dengan temannya Rizky, Dika bertemu cewek
cantik Patricia yang bekas teman sekolahnya dulu. Pendekatan berjalan lancar
hingga keduanya sepakat jadian. Masalah mulai muncul tatkala Patricia
mengetahui isi hati Dika yang sesungguhnya. Sementara itu pencarian rumah baru
bersama ibunya tak kunjung berakhir selain ayah Dika yang merasa hubungan
dengan putranya sendiri kian berjarak.

Dika sebagai penulis skrip tahu betul bagaimana memasukan 'his real life
stories' untuk dirasakan, bahkan ditertawakan pula oleh penonton. Karakter
ayah, ibu, adik-adik, teman-teman bahkan sopirnya silih berganti masuk frame untuk memperkaya plot sehingga
film ini dapat dikategorikan family
movies. Urusan hati tetap mendapat porsinya sendiri, terwakili oleh sang
mantan yang masih hilir mudik dalam hidup Dika maupun kekasih anyar yang
mempertanyakan keseriusan Dika. Secara konten memang harus diakui lebih kaya
dibandingkan prekuelnya yang terlampau linier karena banyak bicara tentang ego itu.
Sutradara Larobu yang lebih dikenal dengan sebutan Capluk itu nyatanya bukan
orang baru di bidang perfilman. Produser Chand Parwez mengaku sudah mengenalnya
sejak Kafir / Satanic (2001). Kesempatan menggarap feature film debutnya tak
disia-siakan. Kejelian menangkap momen jelas nilai plus dalam produksi di samping
pemilihan setting 'sehari-hari' yang cukup variatif. Dukungan sinematografi
Yadi Sugandi, editing rapi Cesa David, scoring music Andhika Triyadi dan desain
Khikmawan serta sumbangan lagu tema dari HiVi semakin melengkapi unsur entertainment
nya.

Dika memang terlihat lebih 'simpatik' di sini meski dari segi akting tidak jauh
berbeda dari apa yang sudah-sudah. Hadirnya Kimberly menambah value dengan
pesona dan keluwesannya membawakan tokoh. Dewi Irawan dan Bucek menyuguhkan nuansa komedik lewat tipikalitas figur ibu dan ayah yang kental. Insan
Nur Akbar sukses mencuri perhatian dengan karakter supir Jawa lugu nan
mengganggu. Standup comedian Mosidik turut andil sebagai editor Christian
layaknya hantu yang bisa muncul dimana-mana. Deretan aktor-aktris langganan
Starvision mengisi deretan extra/cameo. Can
you guess all of them?
Saya bisa katakan, Manusia Setengah Salmon mungkin akan lebih bersahabat pada
penonton non-fans Raditya Dika. Rangkaian ceritanya yang mengalir datar
setidaknya masih bisa diamini karena begitu dekat dengan kenyataan. Dika berhasil
menganalogikan ‘rumah’ dan ‘hati’ dengan pas tanpa harus kehilangan korelasi
satu sama lain. Siapa sih yang tidak pernah merasakan sulitnya 'move on' dari
kondisi yang sudah sangat dikenal sebelumnya? We tend to be afraid with new situations instead of accept it as a
challenge. For worse or even better, life must go on, right?
Durasi:
100 menit
Overall:
7.5 out of
10
Movie-meter: