CARRIE : Revenge Ain't Always Best Served Cold


Quote:
Carrie White: The other kids, they think I'm weird. But I don't wanna be, I
wanna be normal. I have to try and be a whole person before its to late.





Nice-to-know:

Adaptasi film pertama dimana tokoh Carrie benar-benar dimainkan oleh remaja,
Chloe Grace Moretz yang berusia 15 tahun. Terdahulu Sissy Spacek dan Angela
Bettis masing-masing berusia 26 tahun dan 28 tahun.





Cast:

Chloë Grace Moretz sebagai Carrie White
Julianne Moore sebagai Margaret White
Gabriella Wilde sebagai Sue Snell

Portia Doubleday sebagai Chris Hargensen

Alex Russell sebagai Billy Nolan

Zoë Belkin sebagai Tina

Ansel Elgort sebagai Tommy Ross




Director:


Merupakan feature film ke
tiga bagi Kimberly Peirce yang mulai angkat nama
lewat Boys Don’t Cry (2006).




W For Words:


Carrie White adalah siswi SMU pemalu yang kesulitan bergaul. Dunianya hanya diisi
oleh ibunya semata, Margaret White, wanita relijius berprofesi penjahit yang
merasa terkhianati oleh cinta di masa lampau. Kejadian menstruasi pertamanya di
toilet sekolah membuat Carrie jadi buah bibir sekaligus bahan celaan
teman-temannya terutama siswi bermasalah, Chris Hargensen dan kekasihnya, Billy
Nolan. Sue Snell yang merasa bersalah mengutus pacarnya Tommy Ross yang juga
idola sekolah untuk mengajak Carrie ke prom night. Mimpi buruk pun dimulai
dimana kekuatan telekinesis Carrie akan mengambil alih. 




Ada dua nama besar yang sudah membesarkan Carrie. Satu adalah Stephen King yang
pertama kali mengangkat kisah fiktifnya ke dalam novel di tahun 1974 yang
lantas menjadi best seller dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di
seluruh dunia. Dua adalah Brian De Palma yang sukses mengadaptasinya dengan
bintang Sissy Spacek yang kemudian menerima nominasi Oscar pertamanya sebelum
berjaya pada kesempatan berikutnya lewat Coal Miner’s Daughter (1980). Kini
lebih dari tiga puluh tahun berlalu, MGM Pictures bekerjasama dengan Screen
Gems dan Misher Films meremakenya dengan bekal yang menjanjikan dari tiga nama.




Pertama, Chloë Grace Moretz adalah the
next big thing in Hollywood
dengan kemampuan aktingnya yang terakreditasi.
Walaupun banyak pihak yang mengatakan ia terlampau cantik untuk peran Carrie
White, setidaknya usia gadis kelahiran 1997 ini benar-benar remaja saat syuting
berlangsung. Pilihan yang terbukti tidak rancu karena saya benar-benar melihat
transformasi dari korban tak berdaya menjadi pelaku berkuasa di sini, bukan
hanya secara fisik tetapi juga segi emosionalnya yang cukup matang berbicara di
layar.



Kedua,
Julianne Moore adalah aktris kaliber Oscar dengan empat nominasi. Ia diyakini
akan menjadi penyanding yang pas bagi Moretz. She performed great. Sisi lunatic
psychotic nya terwujud nyata lewat setiap tindakan dan perkataannya. Sosok
Kristen taat yang kerap menghubungkan segala sesuatunya dengan Tuhan dan iblis
secara kontradiktif. Wilde dan Doubleday berhasil menempati posisi berseberangan
secara brilian. Elgort juga terbilang likeable sebagai Tommy yang mulai
terdistraksi oleh perasaannya sendiri. Greer juga mencuri perhatian sebagai
pihak ketiga di sekolah, Ibu Desjardin yang juga pengajar olahraga.




Ketiga, Kimberly Peirce yang 14 tahun silam menghentak dunia dimana film yang
ditulis dan disutradarainya sendiri, Boys Don’t Cry (1999) sukses menyabet
Oscar baginya. Skrip yang ditulis oleh Lawrence D. Cohen dan Roberto
Aguirre-Sacasa ini berupaya dimodernisasi dengan pemakaian ponsel berkamera dan
media Youtube sebagai alat eksploitasi. Namun Peirce seakan menyandang beban
berat apalagi harus berurusan dengan efek khusus yang terkadang bertentangan
dengan spirit indie nya. Bagi saya
apa yang dilakukannya secara detail dari awal sampai akhir masih terlalu
episodik dibandingkan originalnya sehingga kerap terasa jumpy dan inconsistent.





Terlepas dari segala kekurangannya, remake
Carrie yang satu ini tetap berhak mendapatkan spotlight yang diharapkannya. Tidak akan terlalu bersahabat bagi
mereka yang mengenal betul versi originalnya tetapi lumayan menjanjikan bagi penonton
‘generasi baru’. Faktor kesetiaan dengan pendahulunya di departemen
storytelling tampak berusaha diupgrade dengan tampilan visualnya yang lebih
kekinian. Unsur gory dan violence yang diusungnya sedikit berpihak pada elemen
horor dibandingkan thriller.
For me it’s
still haunting to see payback time where revenge ain't always best served cold
.





Durasi:

100 menit





U.S. Box Office:


$34,050,775 till Nov 2013





Overall:

7.5 out of 10




Movie-meter:



Lebih baru Lebih lama